Review Buku Filosofi Kopi
Buku Filosofi kopi
adalah buku ketiga karya Dee Lestari yang saya baca setelah Akar dan Supernova.
Filosofi kopi yang berisikan delapan belas judul antalogi cerita dan prosa yang
merupakan kumpulan karya penulis selama satu dekade (1995-2005). Filosopi kopi
merupakan judul dari cerpen sebagai cerita pembuka, dan merupakan cerita
terpanjang setelah cerita Rico de Coro. Kumpulan cerita pertama yaitu Filosofi
Kopi dan penutup Rico de Coro adalah
cerita yang cukup panjang dalam buku ini.
Gaya tulisan
yang disuguhkan sederhana dan menarik, membuat saya kecanduan untuk membaca
halaman pertama sampai akhir. Caranya bertutur membuat saya bisa langsung
memikirkan, merasakan apa yang disampaikan. Sebetulnya sudah lama ingin membaca
buku ini terlebih lagi buku Filosofi Kopi dijadikan film layar lebar yang di
sutradarai oleh Angga Dwi Sasongko yang mampu menghipnotis penonton. Banyak
yang mengapresiasi film ini. dan tentu
bagi kawan-kawan penikmat kopi cocok banget untuk dibaca ketika lagi bersantai
sambil menyeruput kopi dan ditemani roti srikaya.
Melalui buku ini
dalam cerita Filosofi Kopi penulis ingin menghadirkan bagaimana perjuangan
seseorang yang memiliki kecintaannya terhadap kopi dan memaknai kopi dari sudut
pandang kehidupan. Tokoh yang diceritakan dalam buku ini adalah si Ben yang
melakukan petualangan untuk mencari informasi dan mempelajari bagaimana proses
pembuatan kopi, meramunya sampai ia memutuskan untuk membuka kedai kopi
usahanya sendiri. Kedai kopi yang menjadi usahanya ini tidak dijalaninya
sendiri ia ditemani oleh sahabatnya Jody.
Dengan
pengalaman dan pengetahuan Ben terhadap kopi, ia benar-benar totalitas dalam
hal yang berkaitan dengan kopi. Tidak sekedar meramu, mengecap rasa tetapi juga
merenugkan kopi yang ia buat. Menarik arti, membuat analogi hingga terciptalah
satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi yang dibuatnya. Ben membuat kartu
kecil yang dibagikan kepada setiap pengunjung dengan menuliskan kopi yang
diminum serta keterangan filosofinya, biasanya disisipkan ke dalam
saku,tas,dompet sebagai tanda keberuntungan yang menyumbangkan harap untuk
menjalani hari.
Suatu hari Ben
mendapat tantangan besar dari pengunjung untuk membuat kopi yang apabila
diminum akan membuat kita menahan napas saking takjubnya, dan Cuma bisa berkata
“hidup ini sempurna” tidak main-main ia juga menawarkan imbalan sebesar 50
juta. Dengan penuh kepercayaan diri Ben menerima tantangan itu dan mencoba
terus mencoba untuk meramu kopi terbaik. Minggu-minggu berlalu akhirnya Ben
menemukan aroma kopi begitu wangi dan menghubngi Jody untuk mencicipi hasil
kopi yang ia temukan. Ben begitu puas dengan kopi yang ia buat dan ben
mengatakan bahwa ramuan kopi yang rasanya sempurna dan kopi itu dinamainya
BEN’s Perfecto yang artinya “sukses adalah wujud kesempurnaan hidup”.
Petualangan Ben
bersama kopi tidak sampai disitu, petualangannya semakin seru setelah ia
bertemu dengan seorang pengunjung yang
mengatakan ada kopi yang rasanya lebih enak dari kopi yang Ben buat. Ben
penasaran iapun langsung memutuskan untuk mencari kopi yang dikatakan bapak
itu. Ia putuskan untuk menutup kedai kopi dan memulai perjalanan bersama Jody
untuk mencari kopi yang paling enak itu. Setelah melewati perjalanan yang
panjang sampai pada akhirnya mereka menemukan warung reot milik pak seno. Tidak
menunggu lama Ben pun memesan kopi dan menyeruput secangkir kopi tiwus. Ben
membisu. teguk demi teguk berlalu dalam keheningan.
Setelah mereka
menyeruput kopi tiwus pak seno, merekapun memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Ia teringat denga kata-kata Pak seno “kehebatan kopi tiwus itu mampu
menghasilkan reaksi macam-macam. Ben pun pensiun meramu kopi.
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air
tebu. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit
yang tak mungkin kamu sembunyikan” (hal
28)
Ben terdiam,
iapun kembali di dalam bar tangannya mulai menari menyiapkan peralatan untuk
esok hari, membangunkan Filosofi kopi yang lama diam bagai bubuk kopi tanpa
riak air.
Tidak hanya
cerita Filosofi Kopi saja yang menarik dalam buku ini tetapi ada cerita lain
juga seperti cerita pendek yang hanya satu halaman saja seperti Salju Gurun, Kunci
Hati, Jembatan zaman, Kuda Liar, Diam, Cuaca, Lilin Merah, Spasi dan Cetak
Biru. Prosa satu halaman ini penulis memberikan warna tulisan yang membuat saya
membacanya hanyut. Ada tentang cinta, mimpi yang harus diraih walupun banyak
rintangan.
Lalu kumpulan cerita pendek selanjutnya ada Mencari herman, Selagi kau
lelap, Hal sikat gigi, Sepotong kue kuning, Lara lana, Budha bar dan Rico de
Coro. Tujuh cerita pendek ini bercerita tentang cinta, cinta yang dipendam
lama, menuliskan perasaan-perasaan yang ada didalam surat tapi kemudian surat
itu tidak pernah sampai. Memendam rasa selama tiga tahun mengahyal menjadi
guling yang dipeluk wanita itu ketika terlelap tidur. Tio yang menyukai egi
dalam diam walaupun Tio tau bahwa Egi mencintai pria lain.
Secara keseluruhan
dalam kumpulan cerita dan prosa satu dekade ini semuanya menarik dan cerita
yang paling saya suka adalah Filosofi kopi. Petualangan belajar meracik kopi
dan arti dari kopi itu. Bagi kalian yang suka ngopi rekomendasi banget deh buku
ini untuk dibaca..
Komentar
Posting Komentar