RESUME FILM SAPU TANGAN FANG YIN

(perempuan dalam diskriminasi Etnis di Indonesia)




Tragedi Mei 1998 menjadi masa yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat Indonesia dan juga khususnya bagi masyarakat keturunan Tionghoa. Sebuah masa yang meruntuhkan Orde Baru sekaligus mengantarkan Indonesia pada perubahan yang besar namun disisi lain menjadi titik terberat yang harus dilalui oleh masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia. Film yang berasal dari Puisi Esai Denny JA yang dinaratori oleh Verdy Solaiman ini berusaha mengangkat perjuangan hidup sebuah keluarga keturunan Tionghoa dalam menghadapi tindakan diskriminasi akibat tragedi Mei 1998.

Fang Yin (Leony), seorang gadis ceria dan memiliki jiwa sosial yang tinggi secara terpaksa mengubur keceriaannya setelah ia diperkosa oleh segerombolan orang yang melakukan “sweaping” terhadap masyarakat Tionghoa saat tragedi Mei 1998. Pemerkosaan tersebut tidak hanya meninggalkan trauma di diri Fang Yin namun juga berbagai kepiluan yang harus ia terima. Dirinya yang telah “kotor” ditambah tidak adanya keadilan dari penegak hukum terkait kasus pemerkosaan yang dialami dirinya dan juga banyak gadis keturunan Tionghoa lainnya memunculkan rasa kebencian dalam hatinya kepada Indonesia. Sapu tangan pemberian sang kekasih Albert Kho (Reza Nangin) menjadi sahabat pengingat tentang kisah yang sebenarnya tidak ingin ia alami.

Keadaan politik yang labil saat itu membuat keluarga Fang Yin menjual semua kekayaan serta memilih untuk pindah dan menetap di Amerika Serikat. Meskipun telah berada jauh dari Indonesia, rasa trauma saat ia mengalami pemerkosaan seakan tidak mau menjauh dari hidupnya. Ini akhirnya membuat ayah (Elkie Kwee) dan ibu Fang Yin (Nina Indra) meminta bantuan Raisa Wijaya (Selly Hasan), psikolog asal Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat membantu mengembalikan rasa percaya diri dan menghilangkan trauma dalam diri Fang Yin. Salah satu cara yang ditempuh dengan menyarankan Fang Yin mendaftar di OTIS College of Art and Design. Secara bertahap Fang Yin mulai menata kembali puing-puing hidupnya meskipun kisah cintanya bertabur rasa kecewa akibat sang kekasih dirasa telah meninggalkannya dan diketahui telah menikah dengan orang lain.

13 tahun berlalu, ayah dan ibu Fang Yin berencana kembali ke Indonesia untuk membangun kembali perekonomian keluarga. Ironisnya, kebencian Fang Yin akan Indonesia telah berada pada level tertinggi. Bahkan untuk mendengar kata Indonesia pun ia berusaha mengalihkan perhatian apalagi harus menginjakkan kaki kembali di tanah kelahirannya tersebut.  Di akhir cerita, Fang Yin akhirnya tersadarkan bahwa ia harus keluar dari trauma dan berdamai dengan kisah kelamnya. Kini ia menyadari seberapapun rasa benci di hatinya pada Indonesia, namun Indonesia tetaplah tanah airnya. Sebuah negara tempat ia lahir dan yang akan menguburnya raganya kelak.




Menonton film Sapu Tangan Fang Yin seakan memutar kembali memori ingatanku tentang Tragedi Mei 1998, secara khusus adalah tindakan dikriminasi yang secara massif terhadap kaum perempuan etnis tionghoa. Berkaca terhadap dikriminasi yang terjadi di Indonesia sungguh sangat kontras dengan beberapa poin teks pembukaan UUD 1945 seperti “mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Ungkapan kata bersatu dan adil bertolak belakang dengan kejadian saat itu dimana para demonstran justru memberikan rasa kecemasan dengan adanya tindakan “sweaping” kepada Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dan tidak berlaku adil terhadap kekerasan yang mereka alami. Sepertinya kita perlu mendalami kembali butir kedua, ketiga, dan kelima dalam Pancasila dan meresapi kembali nilai Bhineka Tunggal Ika yang dirintis oleh para pejuang kita.

Film Sapu Tangan Fang Yin merupakan film karya anak bangsa yang sangat bagus untuk ditonton karena banyak mengandung makna dan pesan moral yang sangat berguna untuk pembangunan dan kemajuan bangsa khususnya dalam hal keberagaman. Beberapa poin penting yang menjadi pesan tersirat dari film ini diantaranya sebagai berikut :

 

1. Rasa kemanusiaan sebagai sesama anak bangsa haruslah menjadi dasar pijakan kita, harus ditanamkan kepada anak bangsa sejak dini.

2.   Keadilan untuk seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai golongan harus selalu dipupuk.

3. Keberagaman adalah kekuatan dan jati diri bangsa Indonesia merupakan syarat mutlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Sebagai bangsa yang besar dengan kompleks kehidupan dan kebudayaan yg sangat prulal, kita seharusnya banyak belajar dari sejarah panjang dinamika yang sudah terjadi, luka masa lalu yang mendalam dari pada korban diskrimasi kerusuhan tahun 1998 sangat sulit untuk dilupakan bahkan akan selalu terngiang dalam ingatan mereka. Luka yang paling sulit untuk disembuhkan adalah luka hati atau psikologi, kejiwaan seseorang yang sudah rusak. 




Film ini memiliki edukasi yang tinggi terhadap seluruh masyarakat indonesia, dimana secara sekilas Film ini mengajarkan kepada kita sebagai warga Negara harus saling menghormati apapun suku dan Rasnya, apapun latar belakang kita, memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama dan saling menjaga.  Film ini juga memberikan kritik kepada Negara untuk menyetarakan hak dari warga Negaranya adalah kesamaan kedudukan dan mendapatkan perlindungan dimuka hukum. Apalagi didalam film ini orang-orang yang melakukan perbuatan yang sadis adalah sesama warga Negara. Perpecahan dan ketakutan dari warga negara sendiri menjadi alasan banyak orang dari kalangan Etnis tionghoa pada ssat itu lebih memilih ke luar negeri untuk mencari perlindungan dan keamanan.


Menjadi bagian terakhir dari film Sapu Tangan Fang menurut saya Jika ditelaah secara keseluruhan, film ini tidak sekadar berisi pesan sederhana, ajakan untuk berhenti bersikap diskriminatif terhadap suatu kaum. Sapu Tangan Fang Yin juga mengisahkan nasionalisme seorang anak bangsa.Nasionalisme yang ditampilkan adalah berupa kecintaan anak negeri kepada bangsanya serta keinginan untuk berbuat dan menciptakan pengaruh pada Indonesia. Sapu Tangan Fang Yin mampu mengemas pesan anti-diskriminasi,nasionalisme, dan cuplikan sejarah menjadi satu perpaduan yang cantik.


Kasus diskriminasi etnis yang diangkat dalam film ini akan sangat relevan sepanjang masa. Dalam kacamata awam saya berpikir, apakah betul diskriminasi kepada orang China sampai seperti itu? Padahal hanya persoalan etnis, mungkinkah sampai seserius itu? Setelah menonton Sapu Tangan Fang Yin, saya kembali tercerahkan. Persoalan perbedaan etnis bukanlah masalah yang sepeleh. Perbedaan etnis Tidak hanya tergambar jelas di Indonesia, di belahan dunia lain pun mengalami masalah serupa.

Ada satu lagi bagian dari film Sapu Tangan Fang Yin yang sangat menyentuh hati saya. Filosofi sapu tangan yang digunakan dalam film ini sangat dalam maknanya. Terlebih lagi, adegan ketika Fang Yin membakar sapu tangan sebagai simbol akan hilangnya kesedihan dan kebenciannya pada Indonesia, simbol perdamaian fang yin dengan masalalunya dimana, Fang yin berani untuk bangkit dan keluar dari dinamika persoalan yang membekas dalam hati dan pikirannya untuk menjadi manusia yang bebas. Selain itu, film ini tentu tidak bisa hidup tanpa ada narasi yang dibacakan oleh seorang laki-laki. Semula saya mengira bahwa pembaca narasi akan sangat mengganggu kepaduan film ini. Tetapi, dengan adanya narasi yang mirip puisi tersebut justru membuat film ini lebih bernyawa dan indah.

Akhirnya sebagai anak bangsa, yang lahir, bertumbuh dan berproses di bumi ibu pertiwi ini, mengajak semua kita sebagai generasi penerus sejarah bangsa ini, untuk mengambil spirit toleransi dan solidaritas dari film ini untuk mempererat persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa, menjunjung tinggi perbedaan dan keberagaman, dalam bingkai kebhinekaan kita perkokoh semangat persaudaraan menuju indonesia yang kita cita-citakan bersama.


Jangan ada lagi pemisah diantara kita dalam bentuk apapun terutama yang bernuansa diskriminasi Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA). Seyogyanya, kita tidak pernah tahu bahwa kita akan terlahir dari suku, agama, ras, atau golongan yang mana, itu semua adalah berkat dari Tuhan semata. Kita perlu kembali menyadari bahwa keberagaman justru akan memperindah bukan merusak persatuan NKRI. Salam Bhineka Tunggal Ika, Salam Keberagaman.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

( Review Buku ) SAMAN